SEBUAH F L A S H B A C K


Kenangan itu.
Kenangan yang tak mungkin bisa ku lupakan dari benak, hati, dan memoriku.

Tetapi...
Dari sana,
Aku mempelajari hal baru.

 ~*Kenangan di kelas IX-A*~

...


Aku memasuki gerbang sekolahku, SMPN 9 Salatiga dengan malas. Rasanya tidak ada semangat sama sekali untuk berangkat.

Ketika aku sampai di depan kelasku, 9A, aku melihat beberapa temanku sedang duduk di depan kelas sambil bercanda, ngobrol, atau membicarakan sesuatu. Aku menatap mereka sekilas. Ada Mala, Tika, Fadhliah, dan beberapa teman lainnya.

Aku masuk kelas begitu saja, tanpa menyapa seorang pun. Lalu aku duduk di bangkuku, menatap sekeliling kelas. Di dalam kelas ada Ade, Titis, Santi, Novita, dan beberapa teman laki-laki.

Aku tidak menyapa mereka. Mereka juga tidak menyapaku.

Aku terus duduk sambil terdiam sampai bel tanda masuk berbunyi.

~~~***~~~

Di saat jam istirahat, aku bingung.

Apa yang harus ku lakukan saat jam istirahat? Aku tidak dekat dengan siapapun di kelas ini...

Akhirnya aku hanya duduk diam di bangkuku sambil mengunyah permen rasa stroberi yang ku bawa dari rumah.

~~~***~~~

Semakin lama, aku semakin menyadari sesuatu. AKU TIDAK PUNYA TEMAN DI KELAS INI.

Mungkin karena sifatku yang pendiam, dan sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru. Selama kelas VII dan VIII, aku selalu bersama-sama dengan Sindi dan Erlina, dua sahabatku yang ku sayangi.

Di kelas IX, kami terpisah. Aku ada di kelas 9A, Erlina di 9D, dan Sindi di 9E.

Ku akui, aku sangat sulit untuk beradaptasi dengan teman kelas 9A lain yang jumlahnya 23 orang.

Sebenarnya aku ingin berbaur dengan mereka, tapi aku takut disangka sok akrab, sok kenal, sok ini, sok itu.

Ah, serba salah. Takut su'udzon juga.

~~~***~~~

Di suatu kesempatan, saat jam kosong, aku ingin menanyakan sesuatu pada Novita. Aku cukup mengenalnya, tapi tidak begitu dekat. Ia selalu bersama Santi.

"Nov, aku pengen curhat sama kamu."

"Ya, curhat apa?" tanyanya.

"Santi, aku pinjem Novita ya!" kataku, aku merasa tak enak hati pada Santi.

Aku dan Novita pun duduk agak menjauh dari Santi dan kerumunan orang lainnya.

"Nov, menurutmu anak kelas ini tuh gimana?" tanyaku, memulai pembicaraan.

"Kenapa, Yu, kamu nggak betah ya?"

"Bukannya gitu, sih, Nov. Aku cuma bingung aja sama anak-anak kelas ini."

"Pokoknya kamu pinter-pinter aja cari temen di kelas ini," ujar Novita.

9A, kelas unggulan. Begitu kata guru-guru.

Sebagian besar anak kelas 9A dulunya dari kelas 7F dan 8G, yang juga kelas unggulan. Jadi, bisa dibilang, aku anak baru di kelas ini.

Novita bisa bilang begitu karena ia selalu masuk kelas unggulan sejak kelas VII. Jadi ia bisa memahami situasi kelas ini.

Sejak saat itu, aku sering menghabiskan waktu dengan Novita dan Santi. Aku menganggap mereka sebagai teman baik. Tetapi, kadang, aku merasa mengusik mereka. Aku pun menjauh.

Saat jam istirahat, aku jadi sering mengunjungi kelas Erlina, 9D. Erlina terlihat biasa saja saat aku ke kelasnya. Tapi aku tidak tahu apa yang dipikirkan anak-anak 9D. MUNGKIN saja, mereka menganggapku gak punya teman, terus cari teman di kelas lain.

Tapi, memang aku melakukannya :(

~~~***~~~

Frekuensi kunjunganku ke 9D semakin berkurang. Aku tak ingin membatasi Erlina dengan teman-temannya.

Aku mencoba bergaul dengan teman-teman sekelasku. Tapi aku terlalu canggung. Haaaaah.

~~~***~~~

LES INTENSIF PERSIAPAN UN.

Kalau diingat-ingat lagi, yang membuatku dekat dengan teman-teman kelas 9A adalah saat-saat les intensif persiapan UN.

Solat bareng, makan siang bareng, bahas soal bareng.... 

Aku suka saat-saat les intensif persiapan UN, meskipun harus pulang sore, tapi aku bisa dekat dengan teman-temanku.

Ternyata, teman-teman di kelas 9A cukup menyenangkan juga. Tidak seburuk yang ku kira. 

Aku sedikit menyesal, kenapa aku tidak bisa menyesuaikan diri sejak awal. Perlahan-lahan, aku mulai betah di 9A, meskipun waktu kelulusan hanya tinggal beberapa bulan lagi. Hanya sebentar aku bisa menikmati kebersamaan dengan mereka.

~~~***~~~

Terbayang lagi saat-saat awal aku ada di kelas itu.

Sendirian.

Kesepian.

Diam.

Sepi dalam ramai.

Merasa dikucilkan..

Hanya itu yang ku rasakan...

Namun, ku sadari. Itu semua salahku sendiri. Aku terlalu pendiam dan canggung untuk berteman dengan mereka. 

Aku terlalu takut melangkah hanya karena perasaan-perasaanku yang tak masuk akal.

'Bagaimana kalau nanti mereka membenciku..
Bagaimana kalau nanti aku dikira sok ini, sok itu, sok bla bla bla.'

Sungguh tak beralasan.


Tetapi, aku merasa bersyukur pernah menjadi anggota kelas itu.

Kelas 9A. Kelas unggulan{?}, kelas yang dipenuhi keheningan saat guru mengajar, kelas yang penuh dengan rahasia, kelas yang tanpa ekspresi.

Terima kasih teman-temanku yang dulu pernah bersamaku di 9A. Kalian mengajarkanku untuk mengenal berbagai karakter orang, cara menyesuaikan diri di lingkungan baru, dan masih banyak lagi. Karena terlalu banyak, aku jadi lupa. (9A Grilans 2011/2012) 

Comments

Popular Posts